Katak bertaring (fanged frogs) ditemukan di Sulawesi
baru-baru ini. Tidak hanya satu jenis, melainkan sebanyak 13 spesies
katak bertaring ditemukan di pulau Sulawesi. Katak yang memiliki taring
ini ditemukan oleh Ben Evans, pakar hewan dari McMaster University di
Hamilton dan ilmuwan Indonesia yang kemudian dilaporkan dalam jurnal The American Naturalist bulan ini.
Penemuan katak bertaring yang termasuk dalam genus Limnonectes (beberapa media di Indonesia menulisnya sebagai genus Limnocetes) ini semakin membuktikan betapa kaya dan tingginya keanekaragaman hayati Indonesia, terutama pulau Sulawesi. Bahkan 9 dari 13 jenis katak bertaring ini diyakini sebagai spesies baru.
Katak yang dikelompokkan dalam genus Limnonectes ini disebut bertaring karena memiliki tonjolan tulang di rahang bawah. Taring yang dimiliki jenis katakini bukan berarti gigi taring yang sebenarnya, sebab tak memiliki akar gigi atau ciri-ciri gigi lainnya.
Sampai saat ini, ilmuwan belum mengetahui
manfaat taring pada katak genus ini. Beberapa kemungkinan adalah
sebagai senjata melawan pejantan lain untuk mempertahankan wilayah,
menangkap mangsa seperti ikan dan serangga serta sebagai senjata melawan predator.
Sebagaimana disampaikan Evans dalam papernya, seluruh spesies katak bertaring (fanged frogs) yang ditemukan di Sulawesi
memiliki variasi adaptasi yang berbeda, sesuai kondisi lingkungan dan
iklim mikro masing-masing. Ada yang berdaptasi mulai dari ekosistem yang
terbasah hingga terkering juga dengan beragam vegetasi yang ada.
Bentuk adaptasi katak-katak dengan ‘gigi
taring’ ini diantaranya adalah spesies katak bertaring dengan kaki
berselaput tebal untuk beradaptasi dengan arus sungai
yang deras. Sementara yang lain berselaput tipis, sesuai dengan
lingkungan darat. Yang unik, terdapat jenis katak yang melakukan
fertilisasi internal, meletakkan telurnya jauh dari air dan
mengawasinya.
Tim peneliti yang yang menemukan 13 spesies katak bertaring (fanged frogs)
ini dipimpin oleh Ben Evans, (McMaster University) dan beranggotakan
Mohammad I. Setiadi (University of California, Berkeley), Jimmy A.
McGuire (University of California, Berkeley), Rafe M. Brown (University
of Kansas), Mohammad Zubairi (University of California, Berkeley), Djoko
T. Iskandar (Institut Teknologi Bandung), Noviar Andayani (Universitas
Indonesia dan Wildlife Conservation Society Indonesia Program), dan Jatna Supriatna (Universitas Indonesia).
Masih diperlukan berbagai penelitian lanjutan untuk mengenali spesies-spesies katak bertaring dari genus Limnocetes ini. Bahkan mungkin masih tersimpan berbagai jenis katak-katak atau bahkan binatang unik lain yang menunggu ditemukan di Indonesia, terutama Sulawesi.
Tambahan (Limnocetes atau Limnonectes): Beberapa media di Indonesia (Kompas dan National Geographic Indonesia) menulisnya sebagai genus Limnocetes, namun setelah saya telusuri dari situs resmi The American Society of Naturalist dan National Geographic Internasional) dan membaca jurnal Ben Evans dan Mohammad I. Setiadi, nama genus yang benar adalah Limnonectes.
Genus Limnonectes terdiri atas sekitar 50-an spesies yang telah dikenali. Salah satu jenis Genus Limnonectes yang umum dikenal adalah bangkong tuli (Limnonectes kuhlii) yang endemik Jawa dan biasa dikenal juga sebagai bancet hutan atau bangkong surat (Sunda).
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Subfilum: Vertebrata; Kelas:
Amphibia; Subkelas: Lissamphibia; Ordo: Anura; Famili: Dicroglossidae;
Subfamili: Dicroglossinae; Genus: Limnonectes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar